Tiba-Tiba Wisuda

By Arihanaova - Oktober 20, 2021

"Tiba-tiba wisuda," sejatinya adalah sebuah mantera andalan ketika hati dan pikiran mulai berontak ingin menyerah dengan segala drama pertesisan.
 
"Udah lah, toh semua akan berlalu. Gapapa, jalani saja. Ntar tau-tau juga wisuda," kata saya kepada diri sendiri. Membohongi diri sendiri lebih tepatnya. Karena kenyataannya, wisuda saya hari ini sama sekali bukan hal yang "tiba-tiba".

Sejujurnya, masih nggak percaya bisa sampai di titik ini. Kalau ingat cita-cita jaman SD dulu saya nggak mau sekolah lama-lama. Setelah lulus SMA pengen langsung kerja cari duit yang banyak biar nggak nyusahin orangtua mulu. Tapi nggak tau kenapa jalannya selalu dipermudah untuk cari ilmu. Nggak sih, tau ini mah pasti berkat doa ibu bapak yang segitu mati-matiannya pengen anak-anaknya bisa menuntut ilmu setinggi mungkin.

So, here we go. 
Agustus 2019, saya masuk ke UGM dengan status mahasiswa pascasarjana jurusan antropologi. Mendapat kesempatan untuk belajar langsung dari dosen-dosen dan guru besar yang luar biasa. Bertemu rekan-rekan hebat dari berbagai latar belakang, juga mendapat banyak ilmu baru sehingga bertambah pula sudut pandang saya dalam memandang kehidupan manusia di dunia yang sangat rumit ini.

Dua tahun pun berlalu dengan sangat cepat tapi tetap terasa berat. Apalagi dengan datangnya wabah covid yang memorak-porandakan segala rencana indah di perkuliahan. Betapa akan lebih banyak ilmu dan pengalaman yang seharusnya bisa saya dapat kalau semua berjalan normal. Tapi yasudah lah. Mau gimana lagi. Toh juga dapat pelajaran hidup yang nggak kalah hebat dari percovidan ini kan.
 
Dan tibalah hari ini, 21 Oktober 2021, yang seharusnya menjadi momen paling membahagiakan dalam perjuangan saya menempuh studi S2 ini, seharusnya saya datang ke GSP mengenakan kebaya dengan rasa haru dan bangga, seharusnya bapak ibu dan keluarga saya datang ke Jogja untuk ikut menyaksikan kembali saya diwisuda, seharusnya. Tapi di sinilah saya; rebahan di kamar kos teman setelah sarapan soto sambil menyimak wisuda online dari Youtube UGM. Suedih pol. Tapi lagi-lagi, yasudah lah. Mau gimana lagi.

Ya begitulah. Pada akhirnya manusia memang benar-benar hanya bisa berencana dan mengusahakan. Segala apa yang terwujud, Tuhan yang tentukan. Kalau di S1 dengan belajar sejarah membuat saya menjadi manusia yang lebih bijak, di S2 dengan mempelajari antropologi saya merasa jadi lebih mudah berempati. Hal-hal tersebut agaknya tidak nampak di penglihatan orang lain, namun saya pribadi yang merasakannya. Dari saya yang dulunya tidak punya cita-cita untuk kuliah, tiba-tiba bisa menyelesaikan kuliah S2, mendapatkan ilmu pengetahuan, pengalaman, pemahaman baru sehingga terbentulah diri saya yang sekarang. Semuanya adalah bagian dari rencana Tuhan, Sang Pembuat rencana yang paling baik.

Akhir kalimat, terima kasih UGM, jajaran dosen dan guru besar jurusan antropologi, juga rekan-rekan seperjuangan, sungguh suatu pengalaman dan kebanggaan bisa menuntut ilmu di kampus ini. Terima kasih juga LPDP atas beasiswanya. Dan kepada diri saya sendiri, selamat wisuda yaa, akhirnya. Mari kembali melangkah menata hidup yang (seperti biasa) tidak jelas arahnya kemana, tapi yasudah jalani saja.
 

🖤


  • Share:

0 comments