Nggak suka aku tuh kalau harus nimbrung di kelompok yang udah saling kenal gini.
Apa sih, kok nggak nyambung. Wkwkw. Sebentar. Aku curhat dulu.
Jadi, satu tahun yang lalu, setelah dinyatakan lolos seleksi beasiswa LPDP, ada serentetan kegiatan wajib yang harus aku ikuti sebelum memulai perkuliahan, yaitu PK (Persiapan Keberangkatan) dan PB (Pengayaan Bahasa). Nah kali ini, setelah genap satu tahun, aku mau cerita sedikit tentang PK-ku, PK-133, Gama Gantari.
Singkat cerita, aku dan teman-teman yang sudah dinyatakan lolos seleksi, kemudian dibagi-bagi ke beberapa kelompok PK. Peserta setiap PK biasanya ada 100-125 orang (kalau nggak salah ingat). Aku sendiri masuk ke PK-136.
Sebelumnya, aku kasitau dulu kali yaa. Jadi, kakakku itu awardee lpdp juga. Dia PK-41, Catureka Mandala. Nah aku dapat banyak pesan dari kakakku ini. Salah satunya dia bilang, "Nggak usah minta pindah-pindah PK, karena bakal nggak asik kalo nggak ikut dari awal, tiba-tiba nimbrung gitu. Kamu harus ngerasain gimana serunya kenalan online, diskusi nentuin pengurus, nentuin nama, logo, lagu, ikut kopdar dll. Itu tuh asik banget. Udah ikutin alurnya aja."
Jadi, sebagai adik yang baik, aku nurut sama kakak. Ditambah juga, aku nggak terlalu buru-buru masuk kuliah, jadi aku nggak ada tuh kepengen pindah PK yang lebih awal. Udah nyaman juga sama orang-orang di PK-136. Aku udah aktif banget di grup itu. Aku yang sangat introvert dan payah sekali untuk interaksi dengan orang-orang baru ini bertekad kuat, pokoknya aku nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan se-berharga PK. Aku harus aktif dan punya peran di kelompok PK-ku ini. Harus memberi dan menerima kebermanfaatan dari kegiatan ini. Mantap!
Tapi emang yaa, manusia cuma bisa berencana. Keputusan tetep di tangan Tuhan.
Tanggal 14 November 2018, tiba-tiba ada email masuk yang menginfokan bahwa aku dan beberapa teman di PK-136 harus pindah ke PK-133. Yang mana, PK-133 akan dilaksanakan tanggal 26-30 November 2018, di Yogyakarta. Dengan kata lain, dalam waktu kurang dari 10 hari, kami harus siapin dresscode dan atribut lain-lain, hafalin lagu dan gerakan, cari tiket kereta, ngurus perizinan cuti kerja, dll. Kalau nggak siap, maka akan dipindah ke PK-137, nggak bisa balik ke PK-136 lagi. Wah kacau lah pokoknya!
Musnah sudah harapanku untuk jadi peserta yang punya peran di PK.
Gimana yaa. Ini cemen dan nggak banget sih. Tapi asli bener lah, paling nggak bisa aku tuh, kalau harus tiba-tiba nimbrung sama kelompok yang udah saling kenal gitu. Nggak nyaman. Anjay.
Alhasil, yasudah. Aku cuma bisa mengikuti serangkaian acara dengan tertib, baik, dan bahagia tentunya. Meski nggak berperan apa-apa, paling nggak, aku nggak nyusahin teman-teman panitia lain yang sudah bekerja keras merancang acara sedemikian rupa, pikirku.
Terlepas dari itu semua, PK tetaplah PK; acara yang kupastikan jadi acara yang nggak akan kulupa seumur hidup.
Hari ini, genap satu tahun PK-133 Gama Gantari. Sudah satu tahun yang lalu, tapi di ingatan masih segar, rasa baru kemarin.
PK-133 Gama Gantari adalah PK penutup di tahun 2018 yang diselenggarakan di Yogyakarta. Lucunya, dulu kakakku PK-nya tuh juga di Jogja. Terus aku kayak ada feeling gitu loh, kayaknya aku bakal di Jogja juga deh. Atau enggak ini lebih ke harapan, soalnya agak males kalau harus PK ke Depok nan jauh di sana. Eh kejadian beneran. Jogja istimewa pokoknya.
Lanjut, PK kami ini terdiri dari 100 orang lebih dikit (lupa persisnya berapa), berasal dari berbagai daerah di seluruh penjuru Indonesia, berbagai latar belakang keilmuan, beragam profesi, beragam peran, satu tujuan, bersinergi membangun Indonesia. Yang baca sambil nyanyi pasti anak lpdp. Hehee.
Meskipun aku hanya peserta yang ngikut aja gitu sama susunan acara, tapi aku bisa banget merasakan semangat luar biasa dari orang-orang di dalam PK ini. Orang-orang hebat pilihan yang menjadi harapan bangsa. Yang tetep aja masih melanggar peraturan; telat masuk sesi, tidur pas lagi materi, nggak hafal lagu, kartu toilet nggak dibalikin, ketinggalan co-card, ada ajalah pokoknya. Sampai tiap hari diomelin Pak Kamil. Yaa namanya kami juga manusia.
Yang aku paling nggak bisa lupa, pas Pak Kamil melabeli PK kami sebagai PK yang low-profile. Saking orang-orangnya pada nggak mau ngasitau prestasi yang pernah dicapai. Khusus aku emang karena nggak punya sih. Tuh kan low-profile banget. Hahaha.
Seingatku pas lagi materi aku hampir nggak pernah ngantuk. Bukan sombong ini, cuma lagi nggak low-profile aja. Wkwkw.
Eh tapi beneran loh, soalnya materi-materi yang disampaikan tuh kayak relate banget gitu sama hidupku. Jadi bisa menikmati dan nggak bikin ngantuk. Paling berkesan materi dari Mas Sabrang, tentang pengalaman religiusnya pas tinggal di Eropa dan pemikiran-pemikirannya. Keren banget. Sama Pak Made Andi, masih berasa gelagepannya diriku pas ditanya apa bedanya 'bukan' dan 'tidak'. Wahaha. Materi dari Mas Elson juga. Menginspirasi banget pokoknya semua.
Kegiatan di PK ini full dari pagi jam lima, sampai jam sepuluh malam, non stop. Cuma jeda istirahat sholat makan sama coffe-break. Malamnya masih harus bikin daily report per-kelompok pula. Yang meskipun di hari ketiga dirubah, jadi satu PK cukup kumpulin satu daily report. Hp yang harusnya off sepanjang kegiatan, jadi boleh diaktifin dan dibawa kemanapun kapanpun. Cuma PK low-profile yang bisa gini. Entah aku harus bangga apa gimana. Wkwkw.
Aku paling suka ritual nempel sticker diiringi lagu Bendera dari Coklat, terus nyanyiin lagu PK beserta gerakannya yang super harus lincah, terus senam kepala-pundak dipimpin mas pancar wkwk. Suka banget pokoknya semua.
Habis seminggu kegiatan PK, capek iya pasti, tapi aku pribadi merasa jadi lebih sehat, baik jasmani maupun rohani. Meski (seperti biasa) diriku banyak melewatkan kesempatan untuk lebih banyak mengenal mereka, karena emang dasar anaknya susah bergaul, tapi aku tetap dapat banyak hal-hal positif dari kegiatan bersama orang-orang luar biasa di PK ini. Bahkan aku mau loh disuruh PK lagi, yang penting sama mereka. Eh merekanya nggak mau. Nangis. Wkwkwk.
Anyway, setelah satu tahun berlalu, nama dan rupa dari mereka mungkin hanya beberapa yang masih bisa jelas kuingat. Dan tentu banyak juga dari mereka yang mungkin sudah melupakan diriku. Atau mungkin malah dulu nggak tau sekarang lupa. Yaampun sedih. Tapi nggak papa. Namanya seratus orang lebih.
Yang pasti, dimanapun kalian berada, Gamans dan Gantarian, kudoakan semoga selalu sehat bahagia dan hidup dengan baik-baik saja. Semoga semesta mengizinkan kita jumpa lagi untuk saling memberi dan menerima kebermanfaatan di lain kesempatan.
Salam sayang dari Jogja :')
Musnah sudah harapanku untuk jadi peserta yang punya peran di PK.
Gimana yaa. Ini cemen dan nggak banget sih. Tapi asli bener lah, paling nggak bisa aku tuh, kalau harus tiba-tiba nimbrung sama kelompok yang udah saling kenal gitu. Nggak nyaman. Anjay.
Alhasil, yasudah. Aku cuma bisa mengikuti serangkaian acara dengan tertib, baik, dan bahagia tentunya. Meski nggak berperan apa-apa, paling nggak, aku nggak nyusahin teman-teman panitia lain yang sudah bekerja keras merancang acara sedemikian rupa, pikirku.
Terlepas dari itu semua, PK tetaplah PK; acara yang kupastikan jadi acara yang nggak akan kulupa seumur hidup.
Hari ini, genap satu tahun PK-133 Gama Gantari. Sudah satu tahun yang lalu, tapi di ingatan masih segar, rasa baru kemarin.
PK-133 Gama Gantari adalah PK penutup di tahun 2018 yang diselenggarakan di Yogyakarta. Lucunya, dulu kakakku PK-nya tuh juga di Jogja. Terus aku kayak ada feeling gitu loh, kayaknya aku bakal di Jogja juga deh. Atau enggak ini lebih ke harapan, soalnya agak males kalau harus PK ke Depok nan jauh di sana. Eh kejadian beneran. Jogja istimewa pokoknya.
Lanjut, PK kami ini terdiri dari 100 orang lebih dikit (lupa persisnya berapa), berasal dari berbagai daerah di seluruh penjuru Indonesia, berbagai latar belakang keilmuan, beragam profesi, beragam peran, satu tujuan, bersinergi membangun Indonesia. Yang baca sambil nyanyi pasti anak lpdp. Hehee.
Meskipun aku hanya peserta yang ngikut aja gitu sama susunan acara, tapi aku bisa banget merasakan semangat luar biasa dari orang-orang di dalam PK ini. Orang-orang hebat pilihan yang menjadi harapan bangsa. Yang tetep aja masih melanggar peraturan; telat masuk sesi, tidur pas lagi materi, nggak hafal lagu, kartu toilet nggak dibalikin, ketinggalan co-card, ada ajalah pokoknya. Sampai tiap hari diomelin Pak Kamil. Yaa namanya kami juga manusia.
Yang aku paling nggak bisa lupa, pas Pak Kamil melabeli PK kami sebagai PK yang low-profile. Saking orang-orangnya pada nggak mau ngasitau prestasi yang pernah dicapai. Khusus aku emang karena nggak punya sih. Tuh kan low-profile banget. Hahaha.
Seingatku pas lagi materi aku hampir nggak pernah ngantuk. Bukan sombong ini, cuma lagi nggak low-profile aja. Wkwkw.
Eh tapi beneran loh, soalnya materi-materi yang disampaikan tuh kayak relate banget gitu sama hidupku. Jadi bisa menikmati dan nggak bikin ngantuk. Paling berkesan materi dari Mas Sabrang, tentang pengalaman religiusnya pas tinggal di Eropa dan pemikiran-pemikirannya. Keren banget. Sama Pak Made Andi, masih berasa gelagepannya diriku pas ditanya apa bedanya 'bukan' dan 'tidak'. Wahaha. Materi dari Mas Elson juga. Menginspirasi banget pokoknya semua.
Kegiatan di PK ini full dari pagi jam lima, sampai jam sepuluh malam, non stop. Cuma jeda istirahat sholat makan sama coffe-break. Malamnya masih harus bikin daily report per-kelompok pula. Yang meskipun di hari ketiga dirubah, jadi satu PK cukup kumpulin satu daily report. Hp yang harusnya off sepanjang kegiatan, jadi boleh diaktifin dan dibawa kemanapun kapanpun. Cuma PK low-profile yang bisa gini. Entah aku harus bangga apa gimana. Wkwkw.
Aku paling suka ritual nempel sticker diiringi lagu Bendera dari Coklat, terus nyanyiin lagu PK beserta gerakannya yang super harus lincah, terus senam kepala-pundak dipimpin mas pancar wkwk. Suka banget pokoknya semua.
Habis seminggu kegiatan PK, capek iya pasti, tapi aku pribadi merasa jadi lebih sehat, baik jasmani maupun rohani. Meski (seperti biasa) diriku banyak melewatkan kesempatan untuk lebih banyak mengenal mereka, karena emang dasar anaknya susah bergaul, tapi aku tetap dapat banyak hal-hal positif dari kegiatan bersama orang-orang luar biasa di PK ini. Bahkan aku mau loh disuruh PK lagi, yang penting sama mereka. Eh merekanya nggak mau. Nangis. Wkwkwk.
Anyway, setelah satu tahun berlalu, nama dan rupa dari mereka mungkin hanya beberapa yang masih bisa jelas kuingat. Dan tentu banyak juga dari mereka yang mungkin sudah melupakan diriku. Atau mungkin malah dulu nggak tau sekarang lupa. Yaampun sedih. Tapi nggak papa. Namanya seratus orang lebih.
Yang pasti, dimanapun kalian berada, Gamans dan Gantarian, kudoakan semoga selalu sehat bahagia dan hidup dengan baik-baik saja. Semoga semesta mengizinkan kita jumpa lagi untuk saling memberi dan menerima kebermanfaatan di lain kesempatan.
Salam sayang dari Jogja :')