­
­

Drama PB LPDP Cabang Solo

By Arihanaova - Agustus 01, 2019

Sebelum kumulai drama ini, bagi kalian yang sampai disini karena sudah lolos LPDP dan sedang cari info tentang PB, karena akan melaksanakannya juga, ku-ucapkan selamat dan semangat! Perjuangan masih sangat panjang. Wehhee.

Seperti tulisan yang sudah-sudah, daripada penjelasan secara teknis terperinci, tulisan ini akan lebih ke cerita pengalaman pribadi alias curhat. Tapi semoga tetap bermanfaat.

Jadi, drama ini dimulai pada 25 Januari 2019. Saat acara pembukaan PB, dimana kali pertama kami (peserta PB LPDP cabang Solo) bertemu dengan pihak UPT P2B UNS. Lengkap dari tim pengajar, pengurus, hingga pak satpam yang jaga di lobi tapi, nggak ikut masuk di kelas. Hehee.

Bisa dibilang, kami ini bahan percobaan. Karena ini adalah kali pertama LPDP kerjasama dengan UNS dalam menyelenggarakan PB. Sempat beberapa kali terjadi salah paham dalam komunikasi antara LPDP dengan UNS, dan itu sering bikin kami ikut ketar-ketir. Terutama masalah jadwal pelatihan yang menyangkut presensi dan berpengaruh pada uang bulanan. Wadaw. Tapi no big deal sih. Semua beres setelah dibicarakan dengan santuy.

Program pengayaan bahasa ini berlangsung selama enam bulan. Aku pribadi suka dengan sistem pelatihan di UPT P2B UNS, karena dia bertahap gitu. Kami mulai dengan bahasa Inggris yang dasar, yang masih mudah. Kemudian nambah makin sulit, sangat sulit, luar biasa sulit. Dari general english, english for academic purposes, toeic, sampai puncaknya di toefl. Di tiga bulan awal, jadwal kelas pelatihan kami hanya masuk tiga hari dalam seminggu. Tiga bulan berikutnya, masuk setiap hari senin-sabtu, dari jam 07.30-17.50 WIB. Mantap!

Karena masuk cuma tiga hari dalam seminggu, alias banyak liburnya, jadi di tiga bulan awal, kami banyak jalan-jalannya. Nggak banyak-banyak banget sih. Cuma sedikit eksplor Solo sekitaran UNS. Eksplor mall paling sering. Wkwkw. Dan nggak bisa full-team juga. Baru bisa full-team dan jalan agak jauh itu sekitar pertengahan bulan Maret, kami satu kelas jalan-jalan ke Tawangmangu, ke Grojogan Sewu dan Telaga Sarangan. Terus kami sekelas juga datang ke nikahan mba nafi di Kebumen, terus mampir main ke pantai. Asik kali pokoknya.

Nah, baru tiga bulan berikutnya nih. Seeetiap hari (kecuali minggu) dari pagi sampai sore, kami bergulat dengan listening, structure, dan reading. Mabok toefl!

Tambah lagi, di sela-sela padatnya jadwal pelatihan ini, kami juga harus mengikuti rentetan prosedur pendaftaran di kampus tujuan masing-masing. Kami ber-17 (aslinya 18, cuma mas alam tidak lanjut sampai akhir), dengan tujuan kampus; 8 orang di UGM, 5 di UNY, 2 di UNS, 1 di Unnes, dan 1 di UI. Lumayan kemrungsung masa-masa ini nih. Harus mempersiapkan diri untuk tes seleksi masuk, mengurusi berkas-berkas ini-itu, wara-wiri jogja-solo-semarang, tapi tetap harus stripping pb. Tambah lagi saat itu sudah masuk ramadhan. Makin mantap!

Tapi bersyukur luar biasa, dipertemukan dengan teman sekelas yang meskipun sering bikin kezel, tapi asli, super baik dan menyenangkan. Mba nafi, mba fina, mba janah, mba yeni, kak ayu, kak dewi, lina, mas ihsan, mas septian, mas riski, mas agung, mas gani, mas dimas, mas gun, mas jefri, mas wahyu, dan mas alam juga, kalian luar biasa.



Tutor-tutor kami juga yang nggak cuma jago bahasa inggris, tapi juga super sabar dan kreatif saat menghadapi kami di kelas. Sering bawa makanan untuk kami, bikin games dan dikasi nonton film-film atau video bagus supaya kami nggak jenuh, meskipun kadang malah bikin kami mikir keras karena filmnya nggak pakai subtitles. Pak jo (tutor favoritku), pak yusuf, bu manda, bu beta, pak hanif very good, bu dian istrinya pak hanif, bu tesa, pak marsel, bu amin, bu wuyi, bu riwanti, pak mar, pak nababan, dan bu nunung juga tentunya, terimakasih banyak.

Pokoknya UPT P2B UNS terutama di lantai dua, ruang lab satu adalah saksi bisu, kami disana nggak hanya belajar bahasa inggris, tapi juga makan, tidur, gibah, nonton film, nyanyi-nyanyi, berdebat receh, saling usil, saling ciye-ciye, saling nyemangatin dan banyak sekali yang kami lakukan disana, yang menjadi kenangan tak terlupakan. Eaa.

Tapi asli yaa, ruangan lab satu itu udah kayak markas atau kos kedua kami. Sampai kami ada simpan tikar di kelas, untuk rebahan kalau jam istirahat. Sering sengaja ninggal barang juga, macem buku-buku gitu (mas wahyu paling langganan sih ini, terus panik sendiri kalau pindah kelas). Sampai salah satu tutor kami nanya, "Is this your home? Kalian diseleksi nggak sih?" Wkwkwk.

Sesungguhnya kami sering mengeluh dengan jadwal stripping yang tega banget itu. Kami juga manusia biasa heey, gimana lagi. Wajar dong kami lelah dan alhasil sering telat masuk kelas, jadi nggak fokus pas materi, jadi segitu-segitu aja nilainya pas latihan soal padahal udah dijelasin berkali-kali, segala alasan izin ke toilet padahal tidur di mushola (ini khusus mas gun wkwkw gading), dan entah apa lagi yang kami lakukan yang bikin jengkel bapak ibu tutor, kami mohon maaf. Juga masyarakat upt bahasa uns yang sering bingung mau sholat, karena musholanya kami pakai buat tiduran, kami mohon maaf. Dimaafkan yaa, heheh.

Sebelum pb, dulu sempat beberapa kali aku berkunjung ke Solo. Dan setiap kesana, entah kenapa aku selalu ngerasa kalau, kayaknya aku bakal balik ke Solo lagi deh. Eeh nggak taunya malah dikasi kesempatan enam bulan jadi warga Solo. Malah ngerasain ramadhan disana pula. Pas musim hujan pula. Dikasi pelatihan bahasa inggris gratis, malah digaji pula. Nikmat Tuhan mana lagi yang mau didustakan.

Nggak pernah kubayangin sebelumnya, melewati bulan ramadhan di Solo, melewati hari-hari dengan belajar bahasa inggris bersama orang-orang luar biasa. Setiap jam istirahat langsung ambil posisi untuk tidur. Selesai kelas langsung buru-buru nyari tempat buka puasa. Sholat tarawih di Masjid NH UNS yang merdu sekali suara semua imamnya. Kebetulan juga mereka mengundang Thaha al-Junayd untuk jadi imam. Yang murrotalnya biasa cuma bisa kudengar via youtube, jadi bisa dengar langsung sebagai makmum. Duuh. Kami juga sempat buka puasa bersama dengan segenap tutor dan pengurus. Ramadhan yang sungguh syahdu pokoknya. Kemudian mudik solo-gresik pakai motor bareng mba janah dan mas gani. Mantap!



Hingga sampailah kami di penghujung. Hiks.

Sebagai penutup, tentu saja kami harus mengikuti finaltest toefl. Oh iya, jadi di program PB ini ada tiga kali tes besar; di awal sebelum mulai pelatihan, di tengah setelah tiga bulan, dan di akhir. Tes-tes ini tentu saja ntuk memantau perkembangan kemampuan toefl setiap peserta. Lucunya, karena enam bulan kami hanya fokus ke toefl, kami lupa kalau kami juga harus melakukan tes potensi akademik alias TPA Bappenas yang tidak manusiawi itu. Wkwkw. Maka yasudah, modal bismillah saja. Tapi hasilnya lumayan. Ehhee.

Jumat, 26 Juli, kami finaltest toefl, kemudian penutupan secara formal. Besoknya, Sabtu, 27 Juli, kami tes TPA, kemudian lanjut outing class alias penutupan yang sebenarnya. Setelah enam bulan kami bergelut dengan toefl dan segala tetekbengeknya, sebelum kami memulai perkuliahan dengan segala kesibukannya, kami dipersilahkan untuk refreshing dulu. Bersama segenap pengajar, kami menginap satu malam di salah satu penginapan di daerah Magelang, dan rafting di sungai elo. Cihuuy!

Sepulangnya dari outing class, maka selesai sudah drama PB LPDP cabang UNS ini. Heuu.

Sekian, terimakasih :)) 


NB: Buat yang mau nanya-nanya seputar PB LPDP, boleh banget. Ehheee.

  • Share: